"Ngapain
ke sana? Kamu mau cari kimcil ya?" Itu adalah kalimat pertama yang saya
dengar tentang kimcil, ketika itu yang ada di kepala saya tentang
kimcil adalah semacam makanan berbentuk bulat, kecil, kenyal, dan manis,
ternyata saya salah. Yaya, belakangan ini tepatnya di Jogjakarta
makin ramai terdengar istilah kimcil.
Kimcil itu apa?
Secara etimologis kimcil merupakan singkatan dari “kimpet cilik”,
kimpol cilik, kimplikan cilik, bahkan ada juga yang menganggapnya
sebagai singkatan dari kecengan imut, centil, lucu dan masih banyak lagi
(terserah yang mengartikannya). Secara terminologis kimcil diartikan
sebagai cewek-cewek ABG, lebih khususnya cewek-cewek ABG yang centil,
eksis, sok imut, (walau beberapa emang imut beneran sih). Menurut gogon
(gosip underground) yang beredar, sebenarnya istilah ini pertama kali
muncul dari lingkungan MES 56, kemudian mulai merebak tatkala Hahan dan
Hengky Strawberry-nya acap kali meneriakkannya diatas panggung untuk
menamai para penikmat pertunjukan mereka dengan sebutan supermegakimcil.
Alhasil kata kimcil pun menyebar dari satu mulut ke mulut lainnya.
Namun karena pada proses penyebarannya tidak disertai seminar dengan
judul "Kajian makna kata kimcil dan sejarahnya", maka akhirnya kata
tersebut tersosialisasi dengan makna yang tidak jelas.
Pengertian
awalnya, kimcil merupakan kependekan dari kimpet cilik (kimpet =
tempik/alat kelamin wanita, cilik = kecil) kata kimcil ini digunakan
hanya sekedar untuk menyebut "hal" itu saja, tidak kurang dan tidak
lebih. Lama-kelamaan, kata kimcil ini mengalami pergeseran makna yang
justru sering diucapkan untuk menyebut gadis2 muda, usia antara 15 – 18
tahun (usia anak SMA), yang sering tampil modis ala hipster dengan
baju-baju model terkini, berlagak sedikit freak, suka cari perhatian
dengan cara bertingkah (sok) nakal demi sebuah pengakuan atau sekedar
eksistensi (termasuk di dalamnya : merokok, minum-minuman beralkohol,
tattoo, bahkan ada juga yang bertingkah sedikit bitchy).
Bahkan
dalam lingkungan anak band (khususnya band “indie/underground”)
terkadang kimcil sering dikaitkan dengan groupies, walau mungkin hanya
dalam artian pengagum atau numpang beken saja, jarang yang sampai ke
taraf menggilai hingga rela ditiduri oleh sang idola (atau mungkin hanya
saya saja yang belum pernah menemukannya). Jika
pada beberapa tahun ke belakang acara musik cutting edge hanya melulu
didominasi kaum adam nan sangar, sekarang kita dapat dengan mudah
menemukan gadis-gadis remaja yang imut, lucu, dan menggemaskan, dengan tampilan fisik/style yang lebih fresh, & wangi khas parfum abg.
Salahkah? Benar
tidak, tapi juga tidak bisa disalahkan. Sebuah fenomena yang wajar
sebenarnya, mengingat perkembangan lalu lintas komunikasi dan informasi
yang sedemikan hebatnya. Sekarang ini informasi tentang hal-hal yang
berada di luar mainstream semakin mudah di dapat. Subkultur dan musik
cutting edge seperti HC/punk, metal, elektropop, indie-pop, shoegaze,
dan lain sebagainya yang dulu dianggap aneh sekarang dianggap keren. Sekarang
ini bagi sebagian remaja, tak peduli orang lain akan menganggap mereka
apa, yang penting mereka bisa merdeka dalam berekspresi sesuai diri
mereka yang sebenarnya. Tapi seperti yang kita tau, masa remaja adalah
masa mencari jati diri, (istilahnya, mereka baru saja keluar dari garis
start) bisa jadi semakin mereka menunjukkan "this is me", semakin mereka
menipu diri sendiri. Mereka akan berusaha menjadikan apa yang menempel
pada diri mereka sebagai definisi dari kata keren (menurut mereka) walau
di cap aneh oleh orang lain. Justru mereka yang terlalu mengikuti tren
mainstream akan di cap sebagai alay, cupu, dan tentu saja that’s so
uncool.
Hal
seperti tersebut di ataslah yang memotivasi banyaknya remaja-remaja
untuk ingin terlihat cool dengan cara mengikuti subkultur cutting edge,
pencarian akan pengakuan ini mengirim mereka ke sebuah dunia baru,
sebuah neverland bagi jiwa-jiwa tersesat yang melarikan diri dari
tekanan dunia orang dewasa. Tekanan yang telah merenggut hak-hak bermain
dan berekspresi mereka. Lihatlah bagaimana remaja sekarang ini sedari
kecil sudah didesak oleh segala kewajiban akademis mereka, tidak
memiliki teman bermain di lingkungan rumah karena dibatasi oleh selera
& pergaulan yang tidak cocok, kebebasan bermain dan berekspresi
mereka pun tergerus oleh laju pembangunan yang semakin berorientasi
profit tanpa mengindahkan berapa banyak jiwa yang rusak & generasi
yang terabaikan.
Tapi
sayangnya lagi, kehadiran mereka di “neverland” baru ini ternyata juga
masih tak lepas dari eksploitasi orang yang lebih dewasa (secara usia).
Beberapa orang dewasa dalam neverland ini hanya memandang gadis-gadis
remaja ini sebagai obyek semata, kehadiran mereka hanya dianggap
sebagai bunga yang menyediakan madunya untuk dihisap ramai-ramai dan
akhirnya gadis-gadis remaja ini akan layu sebelum berkembang.
Kehadiran
gadis-gadis remaja tersebut bukanlah hal yang salah, tingkah mereka
yang terkesan ingin mencari eksistensi karena memang mereka sudah
kehilangan eksistensi jiwa mereka sedari kecil, tingkah mereka yang
terkesan mencari perhatian karena memang jiwa mereka butuh perhatian,
dan bukan karena paha, payudara, pantat, atau kelamin mereka. Maka dari
itu, menurut saya ngga usah deh kita terlalu berlebihan memburu atau
sinis menanggapi kehadiran gadis-gadis remaja tersebut, toh dulu kita
(yang lebih dewasa) juga pernah mengalami masa muda yang bisa jadi lebih
suram, brengsek, & tak sekreatif mereka, yang ~walaupun dengan
segala image buruknya, ada juga beberapa dari mereka yang
mampu membentuk sebuah panitia demi mewujudkan pensi meriah untuk
sekolah mereka, membuat proposal untuk mencari sponsorship, bikin
clothing kecil-kecilan, cari duit dengan menjadi frontliner sebuah
distro/factory outlet, atau hal-hal positif lainnya. Sebenernya bergaul
dengan mereka itu menyenangkan, bisa aja kita anggap mereka sebagai adik
atau teman-teman kecil kita. Jadi, di sini kita punya kesempatan buat
mendidik/mengarahkan mereka ke jalan yang bener, bukan malah menyesatkan
dengan mengajak mereka mencoba hal-hal yang belum pantas mereka
lakukan.
*source:www.maharddhika.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar