Jumat, 18 Mei 2012

Pengertian Kimcil

"Ngapain ke sana? Kamu mau cari kimcil ya?" Itu adalah kalimat pertama yang saya dengar tentang kimcil, ketika itu yang ada di kepala saya tentang kimcil adalah semacam makanan berbentuk bulat, kecil, kenyal, dan manis, ternyata saya salah. Yaya, belakangan ini tepatnya di Jogjakarta makin ramai terdengar istilah kimcil.
Kimcil itu apa? Secara etimologis kimcil merupakan singkatan dari “kimpet cilik”, kimpol cilik, kimplikan cilik, bahkan ada juga yang menganggapnya sebagai singkatan dari kecengan imut, centil, lucu dan masih banyak lagi (terserah yang mengartikannya). Secara terminologis kimcil diartikan sebagai cewek-cewek ABG, lebih khususnya cewek-cewek ABG yang centil, eksis, sok imut, (walau beberapa emang imut beneran sih). Menurut gogon (gosip underground) yang beredar, sebenarnya istilah ini pertama kali muncul dari  lingkungan MES 56, kemudian mulai merebak tatkala Hahan dan Hengky Strawberry-nya acap kali meneriakkannya diatas panggung untuk menamai para penikmat pertunjukan mereka dengan sebutan supermegakimcil. Alhasil kata kimcil pun menyebar dari satu mulut ke mulut lainnya. Namun karena pada proses penyebarannya tidak disertai seminar dengan judul "Kajian makna kata kimcil dan sejarahnya", maka akhirnya kata tersebut tersosialisasi dengan makna yang tidak jelas.
Pengertian awalnya, kimcil merupakan kependekan dari kimpet cilik (kimpet = tempik/alat kelamin wanita, cilik = kecil) kata kimcil ini digunakan hanya sekedar untuk menyebut  "hal" itu saja, tidak kurang dan tidak lebih. Lama-kelamaan, kata kimcil ini mengalami pergeseran makna yang justru sering diucapkan untuk menyebut gadis2 muda, usia antara 15 – 18 tahun (usia anak SMA), yang sering tampil modis ala hipster dengan baju-baju model terkini, berlagak sedikit freak, suka cari perhatian dengan cara bertingkah (sok) nakal demi sebuah pengakuan atau sekedar eksistensi (termasuk di dalamnya : merokok, minum-minuman beralkohol, tattoo, bahkan ada juga yang bertingkah sedikit bitchy).

Bahkan dalam lingkungan anak band (khususnya band “indie/underground”) terkadang kimcil sering dikaitkan dengan groupies, walau mungkin hanya dalam artian pengagum atau numpang beken saja, jarang yang sampai ke taraf menggilai hingga rela ditiduri oleh sang idola (atau mungkin hanya saya saja yang belum pernah menemukannya). Jika pada beberapa tahun ke belakang acara musik cutting edge hanya melulu didominasi kaum adam nan sangar, sekarang kita dapat dengan mudah menemukan gadis-gadis remaja yang imut, lucu, dan menggemaskan, dengan tampilan fisik/style yang lebih fresh, & wangi khas parfum abg.
Salahkah? Benar tidak, tapi juga tidak bisa disalahkan. Sebuah fenomena yang wajar sebenarnya, mengingat perkembangan lalu lintas komunikasi dan informasi yang sedemikan hebatnya. Sekarang ini informasi tentang hal-hal yang berada di luar mainstream semakin mudah di dapat. Subkultur dan musik cutting edge seperti HC/punk, metal, elektropop, indie-pop, shoegaze, dan lain sebagainya yang dulu dianggap aneh sekarang dianggap keren. Sekarang ini bagi sebagian remaja, tak peduli orang lain akan menganggap mereka apa, yang penting mereka bisa merdeka dalam berekspresi sesuai diri mereka yang sebenarnya. Tapi seperti yang kita tau, masa remaja adalah masa mencari jati diri, (istilahnya, mereka baru saja keluar dari garis start) bisa jadi semakin mereka menunjukkan "this is me", semakin mereka menipu diri sendiri. Mereka akan berusaha menjadikan apa yang menempel pada diri mereka sebagai definisi dari kata keren (menurut mereka) walau di cap aneh oleh orang lain. Justru mereka yang terlalu mengikuti tren mainstream akan di cap sebagai alay, cupu, dan tentu saja that’s so uncool.
Hal seperti tersebut di ataslah yang memotivasi banyaknya remaja-remaja untuk ingin terlihat cool dengan cara mengikuti subkultur cutting edge, pencarian akan pengakuan ini mengirim mereka ke sebuah dunia baru, sebuah neverland bagi jiwa-jiwa tersesat yang melarikan diri dari tekanan dunia orang dewasa. Tekanan yang telah merenggut hak-hak bermain dan berekspresi mereka. Lihatlah bagaimana remaja sekarang ini sedari kecil sudah didesak oleh segala kewajiban akademis mereka, tidak memiliki teman bermain di lingkungan rumah karena dibatasi oleh selera & pergaulan yang tidak cocok, kebebasan bermain dan berekspresi mereka pun tergerus oleh laju pembangunan yang semakin berorientasi profit tanpa mengindahkan berapa banyak jiwa yang rusak & generasi yang terabaikan.
Tapi sayangnya lagi, kehadiran mereka di “neverland” baru ini ternyata juga masih tak lepas dari eksploitasi orang yang lebih dewasa (secara usia).  Beberapa orang dewasa dalam neverland ini hanya memandang gadis-gadis remaja ini sebagai obyek semata,  kehadiran mereka hanya dianggap sebagai bunga yang menyediakan madunya untuk dihisap ramai-ramai dan akhirnya gadis-gadis remaja ini akan layu sebelum berkembang.
Kehadiran gadis-gadis remaja tersebut bukanlah hal yang salah, tingkah mereka yang terkesan ingin mencari eksistensi karena memang mereka sudah kehilangan eksistensi jiwa mereka sedari kecil, tingkah mereka yang terkesan mencari perhatian karena memang jiwa mereka butuh perhatian, dan bukan karena paha, payudara, pantat, atau kelamin mereka. Maka dari itu, menurut saya ngga usah deh kita terlalu berlebihan memburu atau sinis menanggapi kehadiran gadis-gadis remaja tersebut, toh dulu kita (yang lebih dewasa) juga pernah mengalami masa muda yang bisa jadi lebih suram, brengsek, & tak sekreatif mereka, yang ~walaupun dengan segala image buruknya, ada juga beberapa dari mereka yang mampu membentuk sebuah panitia demi mewujudkan pensi meriah untuk sekolah mereka, membuat proposal untuk mencari sponsorship, bikin clothing kecil-kecilan, cari duit dengan menjadi frontliner sebuah distro/factory outlet, atau hal-hal positif lainnya. Sebenernya bergaul dengan mereka itu menyenangkan, bisa aja kita anggap mereka sebagai adik atau teman-teman kecil kita. Jadi, di sini kita punya kesempatan buat mendidik/mengarahkan mereka ke jalan yang bener, bukan malah menyesatkan dengan mengajak mereka mencoba hal-hal yang belum pantas mereka lakukan.
*source:
www.maharddhika.wordpress.com

0 komentar:

Posting Komentar